Cari Blog Ini

Rabu, 05 Oktober 2011

ziarah kubur (part 1)

ZIARAH KUBUR
1.      ZIARAH KUBUR NABI SAWW
Ibnu taimiyah secara mutlak melarang berziarah ke pusara Nabi saww serta mencegahnya dalam keadaan apapun apalagi berziarah ke pusara orang lain, hal tersebut diceritakan oleh qustolani dan ibnu hajar dalam kitabnya aljawhar almunadhom yakni ia (ibnu taimiyah) bahkan mengharamkan pergi ziarah bersama-sama; tidak terkecuali termasuk sholat didalamnya.

                SESI DISKUSI
                        Ziarah kubur merupakan perkara yang disyariatkan dalam agama berdasarkan empat argumen.
 Redaksi Alqur’an
firman Allah SWT:
وَلَوْ أَنَّهُمْ إِذْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ جَاءُوْكَ فَاسْتَغْفَرُوا اللهَ وَاسْتَغْفَرَ لَهُمُ الرَّسُوْلُ لَوَجَدُوا اللهَ تَوَّابًا رَحِيْمًا
Sesungguh jikalau mereka ketika menganiaya diri datang kepadamu lalu memohon ampun kepada Allah dan Rasulpun memohonkan ampun utk mereka tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. (annisa;64)
                Ziarah ialah kehadiran yang di ibaratkan dengan datangannya ke pusara baik untuk meminta ampunan ataupun hanya sekedar datang, dan jika mengunjungi seseorang dimasa hidupnya diperbolehkan demikian pula setelah masa meninggalnya, tatkala ia dikehidupan alam barzah juga mendengar, menjawab orang yang mengucapkan salam atasnya, dan perbuatan-perbuatannya pun melintang dihadapanya.
1.       Al-qustolany tidaklah sehari siang dan malam bagi nabi kecuali segala perbuatan umatnya disodorkan kepadanya, sehingga beliau mengetahui dengan jelas nama-nama mereka serta perbuatan-perbuatannya, layaknya menyaksikan mereka,
Ibnu zar’ah al-iraqi meriwayatkan dari ibnu mas’ud ; Rasulullah SAW bersabda: hidupku adalah kebaikan bagi kalian, kalian bisa berbincang  dan aku berbincang dengan kalian, dan wafatku juga merupakan kebaikan bagi kalian, segala amal kalian disodorkan kepadaku, tidak pernah aku melihat sebuah kebaikan kecuali aku memuji Allah, dan melihat keburukan kecuali aku memohonkan ampun kepada Allah untuk kalian.
2.       Assabaky berkata (diceritakan dari syamhudi) para ulama memahami ayat pada umumnya tentang kehidupan dan kematian, dan mensunahkan bagi siapapun yang datang kepusara agar membaca ayat tersebut.
3.       Kisah  orang-orang arab yang menceritakan tentang kehidupan alam barzah Rasulullah saww, kisah ini diunggah oleh para pengarang buku manasik (ibadah) disejumlah madzhab, mereka bersepakat dan berpendapat bahwa itu merupakan bagian dari adab ziarah, sebagaimana dikisahkan ibnu asyakir dan datangnya dari muhammad bin harb, ia berkata aku pergi kemadinah kemudian aku mendatangi pusara nabi saww, aku berziarah dan bersimpuh dibagian pusara kaki beliau, tiba-tiba datanglah seorang arab berziarah kepada beliau seraya  berkata wahai sebaik-baiknya utusan, sungguh Allah SWT telah menurunkan alkitab yang nyata, kemudian melanjutkan Sesungguh jikalau mereka ketika menganiaya diri aku telah berbuat aniaya, aku datang kepadamu mohonkanlah ampun untukku, tiba-tiba terdengar sahutan dari dalam pusara, dosamu telah diampuni. Syamhudi telah mengutipnya dengan dua jalur dari ali bin abi thalib as.

Redaksi Sunnah (hadis)
Sangat banyak hadis-hadis yang datang dari beragam redaksi beserta kandungan-kandungan yang berbeda, dan berikut salah satunya:
Hadis yang pertama diriwayatkan dari nabi saww, ; barang siapa yang berziarah kepusaraku, syafaatku adalah ganjarannya, hadis ini bersumber dari empat puluh kitab sunnah dan penyusunnya dari kalangan penghafal, dan ulama-ulama hadis mereka:
1.       Abid bin muhammad alwarraq annaisaburi, th 255h
2.       Ibnu abi dunia abu bakar alqurasyi, th 281h
3.       Addawlaby arraazy (alkuna wa al-asma’) th 310h
4.       Ibnu huzaimah dalam musnad sahihnya, th 311h
5.       Abu ja’far al-aqili dalam kitabnya, th 322h
6.       Abu ahmad bin adi (alkamil), th 361h
7.       Addaar quthni dalam kitab sunan, th 385h
8.       Almawardi dalam al-ahkam al-sulthoniyah, th 450h
9.       Al-qodhi iyyadz al-malik dalam kitab syifaat, th 544h
10.   Ibnu asyakir dalam kitab tarikhnya, bab man zaara qabrahu, th 571h
11.   Assyubki assyafi’i dalam kitab syifaa’ assaqom, th 756h
Salah satu ulama lucknow (india) berkata “sungguh tergelincir kaki orang yang berhujjah mendhoifkan hadis  barang siapa yang berziarah kepusaraku, syafaatku adalah ganjarannya” jikalau anda ingin menambah wawasan dalam pembahasan yang agung ini silahkan anda merujuk risalah-risalah saya bab ziarah pusara nabi, salah satunya al-kalam al-mubrom fi naqdhi al-qoul al-muhaqqiq almuhkam, yang kedua al-kalam al-mabrur fi raddi al-qouli al-mansyur, yang ketiga al-sa’yu al-masykur fi raddi al-madzhab al-ma’tsur, saya telah menysusunnya sebagai jawaban atas risalah-risalah siapa saja yang siang dan malam berargumentasi dan tidak berziarah ke pusara nabi.
Saya berpendapat ; tidak diragukan lagi para perawi hadis ini bermuara kepada musa bin hilal, mereka semuanya adalah orang-orang yang dapat dipercaya (tsiqoh).
Ibnu adi berkata; aku sangat berharap bahwa ia (musa bin hilal) adalah dari guru (masayih) yang terpuji, orang yang terpuji tidak akan meriwayatkan hadis kecuali dari orang yang dapat dipercaya (tsiqoh), sebagaimana gamblangnya pertikaian dalam menjawab bakri.
Assyubki menyebutkan dalam kitab syawahid akan ketangguhan sanadnya dan berkata “dengan demikian menjadi jelas bahwa paling rendahnya hadis ini adalah hadis hasan apabila kesahihan klaimnya dicabut, dengan ini setidaknya telah menjadi jelas kedustaan orang yang mengklaim ; seluruh hadis-hadis yang berkaitan dengan ziarah adalah hadis maudhu’ (buatan), Maha Suci Allah, tidakkah ia malu kepadaNYA dan kepada RasulNYA atas peerkataan ini yang tidak didahului oleh kepengetahuan dan ketidaktahuan!, tidak seorangpun menyebutkan musa bin hilal dari golongan perawi hadis maudhu’, dan bahkan yang kami ketahui tidak ada yang menudingnya berbuat ini, lantas bagaimana mungkin seorang muslim memperbolehkan absolut bahwa semua hadis yang salah satunya hadis ini merupakan hadis yang maudhu’?
Hadis yang kedua dari ibnu umar marfu’an; Rasul bersabda barang siapa yang datang berziarah kepadaku, tidak berbuat apa-apa selain menziarahiku sungguh ia mempunyai hak atasku agar aku menjadi penyafaat baginya dihari qiamat, hadis ini bersumber dari enambelas kitab hadis, cukup sebagiannya akan saya sebutkan:
1.       Attabarani dalam al-mu’jam alkabir, th 360h
2.       Alhafidz bin sakan al-baghdadi dalam kitabnya alsunan alsihah, th 353h
3.       Aldaar alquthni dalam amalihi, th 385h
4.       Abu na’im al-asbahani, th 430h
5.       Abu hamid al-ghozali alsyafi’i dalam ihya’ al-ulum, th 505h

Hadis yang ketiga dari ibnu umar, diunggah; Rasulullah bersabda barang siapa yang menunaikan haji kemudian berziarah kepusaraku setelah wafatku maka ia laksana mengunjungiku dimasa hidupku, hadis ini bersumber dari dua puluh lima kitab hadis, berikut sebagian datanya:
1.       Alsyibani, th 303h
2.       Abu ya’li dalam musnadnya, th 307h
3.       Al-baghwi, th 317h
4.       Ibnu adi dalam kitab al-kamil, th 365h
5.       Al-baihaqi dalam sunannya, th 458h
6.       Ibnu asyakir dalam kitab sejarahnya, th 571h
Hadis yang keempat diunggah; Rasulullah bersabda barang siapa yang menunaikan haji namun tidak berziarah kepusaraku, maka ia telah memutus hubungan denganku, hadis ini dinukil dari mayoritas penghafal hadis, diantaranya:
1.       al-syamhudi dalam kitab wafa’ al-wafa’, th 911h
2.       al- daar quthni dalam kitab hadis imam malik bukan kitab muwatha’, th 385h
3.       al-qustolani dalam kitab al-mawahib al-diniyah, th 923h
hadis yang kelima diunggah; Rasulullah bersabda tiada kata udzur (alasan) bagi siapa diantara umatku yang memiliki kelapangan untuk tidak menziarahiku.
teladan sahabat:
1.       umar bin khottob ketika datang dimadinah sepulang dari penaklukan syam (suriah) pertamakali saat melihat masjid ia mengucapkan salam atas Rasulullah saww.
2.       Ibnu umar ketika datang dimadinah sepulang dari safar ia mendatangi pusara nabi saww, seraya berkata salam sejahtera atasmu wahai Utusan Allah, salam sejahtera atasmu wahai abu bakar, salam sejahtera atasmu wahai moyangku.
3.       Saat ibnu umar berdiri disamping pusara nabi lantas ia bershalawat dan mengucapkan salam kepada nabi saww.
4.       Dari ibnu aun; seorang pemuda bertanya mencari tahu” apakah ibnu umar mengucapkan salam kepusara (nabi)?, iapun menjawab: iya, aku telah menyaksikannya lebih dari ratusan kali ia mendatangi pusara (nabi) kemudian ia berdiri disamping pusara seraya berkata “salam sejahtera atasmu Nabi saww.
5.       Dari abu hanifah untuk ibnu umar; dari tahun ketahun anda mengunjungi pusara nabi saww disisi kiblat, engkau memposisikan punggungmu disisi kiblat dan wajahmu menghadap pusara nabi saww kemudian berkata salam sejahtera atasmu wahai Nabi.
Lebih dari empat puluh perkataan inilah yang telah dihimpun para ulama terpercaya dan ulama hadis sedangkan para fakih mensunahkan berziarah kepusara nabi saww beserta adab berziarah.
Redaksi akal (logika)
                                Bahwasannya akal menghukumi dengan kebaikan atas  pengagungan kepada gerangan yang diagungkan Allah SWT, (sisi agung), dan berziarah adalah bentuk pengagungan (sisi kecil), konklusinya adalah; pengagungan dengan berziarah kepadaNya (nabi saww) adalah bukti pengagungan terhadap tanda-tanda kebesaran Allah SWT, dan bukti penghinaan tehadap kecongkakan musuh beserta antek-anteknya (pembangkangnya)
Sesi diskusi sekaitan hadis pergi berziarah
                                Ibnu taimiyah berupaya mendiskriminasikan syiah imamiyah; mereka berhaji ke masyhad-masyhad sebagaimana layaknya orang berhaji ke ka’bah, seakan-akan mengunjungi masyhad-masyhad hanya ciri khas syiah imamiyah yang tidak ada dimadzhab islam lainnya.
                                Ibnu abdulwahab bersikeras mengharamkan pergi ke masyhad-masyhad yang agung dan kepusara nabi saww, bahkan mengharamkan hanya sekedar berniat pegi saja, yang mana ia berkata dianjurkan menziarahi nabi saww, dengan syarat ia tidak pergi kecuali ke tiga tempat, masjid al-haram, masjid nabawi, dan masjid al-aqsha, ia berpendapat mengharamkan pergi dengan niat berziarah kubur bertendensi kepada hadis ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar