Cari Blog Ini

Rabu, 05 Oktober 2011

ziarah kubur (part 4)

Pendapat para fakih hadis
1.       Al-qustolani;(setelah menukil hadis dari anas), nabi saww bertemu seorang wanita yang sedang menangis dipemakaman, beliau berkata” betaqwalah kepada Allah dan bersabarlah!”, ini menjadi dalil atas ziarah kubur, baik yang berziarah adalah seorang lelaki maupun wanita, baik yang diziarahi adalah seorang muslim maupun kafir, tanpa ada pemisah.
2.       Al-nawawi mengatakan kebolehan pasti menurut mayoritas, al-mawardi (pengarang kitab al-hawi) mengatakan; tidak boleh berziarah kepusara orang kafir, karena itu salah, al-mawardi berargumentasi dengan firman Allah “janganlah engkau datang kepusaranya”, dalam argumen ini sangat jelas tidak tabu, dia menambahkan; bagi lelaki disunnahkan menziarahi pusara-pusara orang muslim, menurut hadis muslim; aku larang kalian berziarah kubur?, berziarahlah karena sesungguhnya dengan itu mengingatkan akan akhirat.
3.       Malik ditanya tentang perkara ziarah kubur, ia menjawab; beliau telah melarangnya, namun setelah itu beliau mengizinkannya, apabila seseorang melakukan hal tersebut hendaknya ia tidak berkata kecuali kebaikan,  dan aku tidak melihatnya sebagai kekejian.
4.       Al-syamhudi; para ulama bersepakat mensunahkan ziarah kubur bagi lelaki, sebagaimana yang diceritakan al-nawawi, bahkan sebagian mengatakan wajib.
Ziarah nabi saww kepusara bundanya
                                Yang datang sekaitan dengan ziarah kubur atas apa yang diriwayatkan muslim dan nasa’i dari abu hurairah; nabi saww menziarahi pusara bundanya, beliau menangis dan mengharukan siapapun yang ada disekitarnya, seraya berkata”aku telah meminta izin kepada Tuhanku, agar aku memintakan ampun untuknya, DIA tidak mengizinkanku maka aku memohon izin kepadaNya agar aku menziarahi pusaranya, dan akupun diizinkan, maka berziarahlah kepusara-pusara, karena sesungguhnya mengingatkan kelian akan kematian.
Bahasan dalam iman kedua orang tua nabi saww
                                Saya menyatakan bahwa nash-nash dan bukti-bukti sejarah bersaksi atas keimanan kedua orangtua rasul saww, mereka keduanya terhalau dari syirik, bagaimana mungkin beliau dipindahkan dari sulbi yang suci menuju rahim yang disucikan, bagaimana mungkin sedangkan ayat yang mulia jelas-jelas gamblang akan hal itu, dan (melihat pula) perobahan gerak badanmu diantara orang-orang yang sujud (assyu’araa’:219) dan telah datang penjelasan-penjelasan tafsir dibelakang ayat yang mulia ini:
1.       Al-suyuthi meriwayatkan dari ibnu abu umar al-adeni dalam musnadnya, al-bazar, ibnu abu hatim, al-tabharani, ibnu mardawaih, dan al-baihaqi dalam kitab al-dalail an mujahid, firman Allah dan (melihat pula) perobahan gerak badanmu diantara orang-orang yang sujud (assyu’araa’:219) mengatakan; dari satu nabi ke nabi lain sampai aku dilahirkan sebagai nabi.
2.       Diriwayatkan juga dari ibnu abu hatim, ibnu mardawaih, abu nu’aim, dalam kitab al-dalail, dari ibnu abbas berkata dalam firman Allah dan (melihat pula) perobahan gerak badanmu diantara orang-orang yang sujud (assyu’araa’:219) nabi saww senantiasa berpindah-pindah dalam sulbi para nabi sampai ibundanya melahirkannya.
3.       Ibnu mardawaih mengunggah dari ibnu abbas berkata; aku bertanya kepada Rasulullah demi ayah dan ibuku, saat adam disurga dimanakah engkau berada?, beliau tersenyum hingga tampak gigi gerahamnya, kemudian berkata; sesungguhnya aku berada dalam sulbinya, beliau diturunkan kebumi aku berada dalam sulbinya, aku menaiki bahtera didalam sulbi ayahanda nuh, dan aku dilempar kedalam api aku berada dalam sulbi ayahanda ibrahim, kedua orang tuaku tidak bertemu sama sekali ..........Allah senantiasa memindahkanku dari sulbi-sulbi yang baik menuju rahim yang suci yang telah disucikan dan terdidik, keduanya tidak tidak berpisah kecuali aku berada dalam kebaikan mereka, Allah telah menjadikan nubuwwah sebagai tempat perjanjianku, dan menjadikan islam sebagai tempat hidayahku, dan Dzat yang menjelaskan didalam taurat dan injil sebagai tempat mengingatku, dan Dzat yam menjelaskan segala macam sifatku dalam belahan antero bumi, dan Dzat yang mengajari aku kitabNYA, dan Dzat yang melambung bersamaku di langitNYA, dan Dzat yang membelah Asma-asmaNYA untukku, Dzat pemilik arsy yang terpuji, dan akulah muhammad, dan Dzat yang menjanjikanku untuk mencintaiku di telaga al-haudh, dan Dzat yang menganugrahkanku telaga al-kautsar, dan akulah pemberi syafaat pertama, dan pertama yang diberi syafaat, kemudian aku dikeluarkan pada masa-masa terbaik umatku, dan umatku adalah orang-orang yang terpuji, memerintahkan kebaikan dan menghalau kemungkaran.

        Ayat al-quran dan sabda nabi diatas telah menyingkap secara sempurna akan sucinya para ayah dan ibu Rasul (nenek moyang) dari kotoran dan najis, mereka terbebas dari syirik, karena orang-orang musyrik najis.

        Maka aminah binti wahab ra adalah wanita yang bertauhid, beriman, lurus jalannya, dan tidak musyrik, dengan demikian riwayat-riwayat yang lampau yang diriwayatkan oleh muslim dan nasa’i dari abu hurairah adalah salah satu pelecehan terhadap kedua orangtua rasulullah saww, oleh karena itu kita lihat sebagian para pengarang buku yang menjelaskan hadis ini mereka menta’wilkan, menceritakan akan fitrah mereka yang baik, namun enggan menerima beberapa kriteria kandungan berikut:

        Syech mansur berkata; ini tidaklah menegasikan masuknya beliau kedalam surga, karena sesungguhnya beliau berada dalam masa tenggang kenabian (fatrah), dan mayoritas mengindikasikan mereka selamat, bahkan telah datang dalam kitab arbab al-kasyf  dan dibenarkan; sesungguhnya Allah SWT menghidupkan kedua orangtua nabi setelah mengirim beliau dan keduanya beriman kepadaNya, dengan ini keduanya termasuk penghuni surga.
       
        Saya berpendapat: tafsiran ayat ini tidak dikhususkan kepada syiah imamiyah saja, dan tidak pula diperuntukkan bagi mereka yang ekslusif menukil riwayat-riwayatnya, namun sebagaimana yang telah saya yakini tidak ada perbedaan, al-razi menyebutkan dalam tafsirnya tidak terlebih dikhususkan kepada syiah, diriwayatkan al-suyuthi redaksi abu hatim, ibnu mardawaih, abu nu’iam, al-adany, al-bazar, dan al-tabharani yang datangnya dari mujahid dan ibnu abbas.

Sesuatu yang mengingatkan memori kenangan
        Sangat disayangkan sekali terjadi perbandingan dalam pembahasan ini dan kontaminasi dengan paman Rasulullah saw, penolong beliau sayyidina abu thalib as, siapa saja yang hendak menilik kepada tindak-tanduk kepahlawanan beliau, syiar-syiar beliau dan khutbah-khutbah beliau pasti dia akan mantap bahwa beliau (abu thalib as) adalah beriman, bertauhid dan yakin terhadap nabi saw serta risalahnya, akan tetapi fanatisme umawiyah, sengketa dan kedengkian telah menghalangi kebenaran dengan jelas, dan membolak-balikan fakta yang ada, bahwa sejatinya abu thali as wafat dalam keadaan beriman dan bertauhid.

        Berikut ini adalah perkataan ibnu katsir yang mengherankan ”telah aku katakan….. dan telah aku sajikan perkara yang diambil abu thalib seperti menjaga, melindungi dan melarang Rasulullah saww serta membela beliau beserta para sahabat beliau, dan apa yang dia sebuatkan sebagai pujian dan kebaikan, dan segala sesuatu yang tampak darinya kepada para sahabat beliau kecuali hanya kecintaan, kepedulian, dan kasihan semata, dalam syiar-syiar beliau yang sebelumnya telah kita lalui dan mengandung cela, dan aib bagi siapa saja yang menentangnya, dan mendustakannya dengan ungkapan-ungkapan yang fasih, yang agung, yang berdarah hasyim, yang tiada taranya dan tiada bandingan, dan mustahil orang-orang arab bisa menandinginya dan mengalahkannya, semua yang ia lakukan ia mengetahui bahwa Rasulullah jujura,baik nan benar, namun bersamaan dengan itu hatinya tidak meyakininya….

        Coba perhatikan dengan seksama fanatisme ibnu katsir, ironisnya dia mengetahui apa yang ada didalam hati abu thalib as, ataupun dia mengetahui gelagat pengkhiatan mata hati, dan segala yang tersembunyi dalam hati, kita berlindung dari Allah dari hal tersebut.

        Engkau perhatikan, ia mengakui abu thalib as membenarkan nabi saw namun tidak dengan hatinya,

        Ya, tidaklah ibnu katsir dendam dan hujatan-hujatan yang diarahkan kepada abu thalib as, yang tak lain kecuali karena beliau ayahanda ali as, walaupun notabenenya seorang bapak dari muawiyah, yang sejatinya peranan beliau (abu thalib) lebih banyak dan besar ketimbang peranan abu sufyan, dia kukuhkan dengan pujian-pujian palsu dan manaqib-manaqib untuk kedustaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar